Tentang alam gaib yang beredar di dunia pertelelevisian !
Dunia pertelevisian memang benar mmemperlihatkan alam goib pada media. namun tidak keseluruhannya benar. banyak sebagian besar mengedit untuk dibesar-besarkan masalah itu. namun akhir-akrirnya juga SALAH!!!
Dalam agama, manusia
menempati posisi yang paling tinggi di antara makhluk yang lainnya. Dalam
dirinya mengandung berbagai macam kelebihan yang dapat mengantar dirinya pada
jalan atau tujuan yang dikehendakinya. Selain itu manusia disuruh mempelajari
dunia gaib, baik itu dunia setan, jin atau bahkan dunia malaikat sekalipun.
Tetapi kadang ada sebagian orang yang beranggapan bahwa mempelajari dunia gaib
adalah musyrik, tahayyul, dan sebagainya. Hal itu tergantung pada
bagaimana orang itu mempercayainya. Pertanyaan yang akan muncul kemudian
adalah “bagaimana kita bisa mengerti jin kalau kita tidak memahami
psikologi jin”, atau “bagaimana kita bisa mengatakan kalau kita terhindar dari bujuk
rayu setan, sedang keberadaan setan saja kita tidak mempercayainya.
Mungkin kita pernah
mendengar tentang cerita Ratu Kidul?Kanjeng Ratu Kidul adalah Dewi Nawang
Wulan, sosok bidadari yang pernah diperisteri Jaka Tarub. Sedangkan kisah
menjelaskan Ratu Kidul puteri seorang raja di Tanah Jawa. Kanjeng Ratu Kidul
berasal dari Tanah Batak. Isu ini pertama kali dibicarakan tahun 1985, ketika
dalam suatu acara adat Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Beberapa
orang mengangkat masalah ini. Tetapi rupanya tidak terlalu mendapat respon yang
hadir. Isu pun tenggelam dengan sendirinya. Bahkan di dunia maya (internet),
hanya terdapat satu situs yang menyinggung masalah ini. Itupun hanya dalam
beberapa baris kalimat saja.
Spiritualis yang akan
memimpin ritual tersebut mengatakan, saat ini di daerah Samosir ada seorang
wanita yang kerap kali kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Wanita bernama Boru
Tumorang ini sering mengaku sebagai Kanjeng Ratu Kidul ketika sedang trance.
Itulah sebabnya, Boru Tumorang sengaja didatangkan ke Jawa untuk mengikuti
ritual menguak asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Legenda asal usul Kanjeng
Ratu Kidul berasal dari tanah Batak ini tidak lepas dari kisah raja-raja Batak.
Perjalanan etnis Batak
dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi
nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon. Putra sulungnya,
yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera
bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja.
Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan
Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan. Putri tertua yakni Biding Laut memiliki
kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah
dan santun kepada orang tuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang
paling disayangi kedua orang tuanya.
Namun, kedekatan orang
tua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang
lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.
Suatu ketika,
saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke
tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan,
mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu
mendesak terus keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat
menolaknya.
Pada suatu hari,
Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari
tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah
pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias.
Tiba di Pulau Marsala,
mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni
tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi
saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti
saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai. Menjelang
tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun tertidur. Dia sama sekali
tidak menduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan
saudara-saudaranya untuk meninggalkan Biding Laut sendirian di pulau itu.
Sementara
saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali
ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu
ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan
kecurigaan. Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang
menanyakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut. Tapi
apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena
takdir menentukan lain.
Ketika terbangun dari
tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala.
Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak
ada yang dilihatnya, kecuali sebuah perahu.
Biding laut tidak
mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak
berfikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang,
dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga.
Tetapi ombak besar
tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari
perahunya terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali
dia pingsan karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika
perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.
Seorang nelayan yang
kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu,
Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada
bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap,
keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona
kecantikannya.
Pada suatu ketika
daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang
beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat
jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena
tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut.
Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya.
Biding Laut tidak
menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding
Laut dibawanya ke sebuah kerajaan di Jawa Timur. Begitulah kisah hidup seorang
Ratu yang akan memimpin Pantai Selatan, harus mencicipi terlebih dahulu
dobrakan-dobrakan jasmani maupun rohani sehingga mampu menguasai pantai
selatan.
Nur Layli, psikologi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar